Jumat, 25 November 2011

Khasiat Wayang

Orang tua itu dengan semangat kemudian menyanyikan lagu-lagu berbahasa Jepang yang masih diingatnya dengan jelas. Lagu-lagu itu adalah lagu yang diajarkan oleh “Saudara Tua” kita Jepang, dan harus dinyanyikan setiap hari oleh Saudara mudanya. Suara yang keluar dari mulutnya yang sudah tak ditumbuhi gigi lagi, masih terdengar dengan jelas.

wayang2
Ketika kemudian saya tanya (dalam bahasa Jawa) apa arti dari lagu yang dinyanyikan, maka sambil tertawa renyah dia menjawab sambil menggelengkan kepalanya : “Kulo piyambak mboten ngertos he … Namung waton apal kemawon (Saya sendiri tidak mengerti artinya, asal hapal saja)”.
Lalu dengan tanpa diminta beliau menceritakan bahwa pada jaman Jepang anaknya sudah empat. Lha … jadi berapa usianya sekarang ? Maka dengan bangganya dia mengatakan bahwa dia telah mengarungi hidup di bumi Indonesia ini selama lebih dari 90 tahun.
Dan yang saya kagumi dari beliau, diusia yang sudah lanjut begitu, panca indranya masih berfungsi dengan baik, ingatannya masih bagus dan semangatnyapun masih membara. Tidak heran karena struggle of live dia begitu kuat. Dulu, jalan kaki dari Klaten ke Yogya dengan menggendong beras untuk dijual dilakoninya cukup lama. Pada masa awal-awal kemerdekaanpun beliau ditempa dengan kerja keras dan hidup yang berat. Namun semua dijalaninya dengan baik hingga kini.
Bahkan sekarangpun dia masih ikut “membantu” di perusahaan batik salah satu cucunya. Hebat betul simbah satu ini.
Apa kunci sukses hidupnya ?
Disamping kerja keras dan ikhlas, dia adalah penggembar wayang sejati. Sewaktu mengawali ngobrol dengan saya waktu itu, dia menceritakan bahwa beberapa hari yang lalu sempat menyaksikan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Anom Suroto di Jatinom, nggak jauh dari tempat tinggalnya.
Dengan lancar dia menceritakan kembali lakon yang ditampilkan dan mengulas sedikit filosofi cerita yang dikandungnya. Sambil bercerita dia memberi petuah tentang karakter-karakter tokoh wayang itu dikaitkan dengan kehidupan nyata.
Tidak bosan ngobrol dengan dia karena pengalaman hidupnya begitu banyak dan beragam. Sayang saya waktu itu tidak bawa HP atau kamera sehingga tidak bisa mengabadikan beliau.
Itulah Mbah Sastro. Dengan mencintai wayang, dia menjalani hidupnya dengan penuh ketenangan dan selalu bersemangat meskipun usianya menjelang satu abad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar